Kamis, 02 Desember 2010

Refleksi Hari Ibu/ Kongres Perempuan Pertama: 22 Desember 2010


BY ADMIN


Ibu dan Pahlawan Sejati Manusia

Oleh: Mahmudi el-Chumaidy *)


Kasih ibu, kepada beta// Yang tak terhingga sepanjang masa.// Hanya memberi, tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia.//

Begitulah penggalan bait syair lagu anak-anak yang dulu pernah diajarkan oleh guru Sekolah Dasar/Ibtidaiyah, yang masih sedikit penulis ingat. Lagu itu sekarang hampir musnah terdengar ditelinga anak-anak sekarang. Mereka menjadi akrab dengan lagu-lagu band favoritnya. Ironisnya, lagu-lagu itu jarang sekali membekas dengan kesan yang menarik. Bagi saya, kesan pertama yang penulis dapatkan adalah rasa terima kasih yang tiada kira untuk ibu.

Dialah yang telah berjuang dengan susah payah menggendong kita selama sembilan bulan sejak dalam kandungan. Tak sedikitpun dia mengeluh. Kemudian ketika kita akan berpindah alam, dari alam kandungan menuju alam dunia nyata, dia juga berjuang untuk menyelamatkan nasib kita untuk keluar dari rahim dengan selamat dan penuh keceriaan. Kata tangisanlah yang pertama kali mampu kita ucapkan. Tangisan itu merupakan wujud syukur kebahagiaan yang tak sanggup terlukiskan.

Jarang sekali mereka ketika mendengar suara tangisan bayinya saat lahir, ia juga ikut menangis sedih. Yang ada hanyalah tangis bahagia. Orang tua sangat bahagia sekali ketika bayinya telah berhasil selamat. Selain itu, mereka juga menaruh harapan kepada bayinya untuk meneruskan perjuangan kedua orangtuanya. Orang tua juga berharap agar kita menjadi orang-orang yang baik dan berguna bagi diri kita maupun orang lain.

Berbagai bentuk perjuangan dan banting tulang rela mereka lakukan demi menjadikan kita anak yang baik, berbudi, dan mampu berguna bagi orang lain. Mereka rela menuntun kita dengan segenap upaya mereka untuk menemukan jalan kebenaran yang belum pernah mereka temukan. Idealisme mereka dalam menunjukkan jati diri anak memanglah sangat luar biasa. Mereka rela terjatuh bangun dari upaya itu, dan selalu tetap mencoba bangkit.

Dalam kehidupan di muka bumi ini, Allah telah menciptakan alam seisinya dengan sangat sempurna. Semua dirancang dan dikendalikan sesuai dengan tata hukum Sang Pencipta, yakni Allah Swt. Penciptaannya berupa keteraturan yang terancang. Bukti dari semua itu adalah diciptakannya segala sesuatu dengan berpasang pasangan. Allah menciptakan semua berpasang pasangan. Ada baik dan buruk, panjang pendek, tinggi rendah, jauh dekat, dan pria wanita.

Semua itu merupakan bukti kesempurnaan. Perbedaan tersebut bukanlah hal untuk membedakan. Perbedaan itu tidak sekedar permainan kata kata belaka. Tapi sebuah hal yang harus difahami. Karena dengan perbedaan itulah segala kebaikan muncul. Semuannya mempunyai kekuatan super dahsyat. Perbedaan antara pria dan wanita bukanlah sekedar perbedaan kata. Keberadaan keduannya sangat menentukan perkembangan dunia ini. Khususnya wanita. Sosok yang penuh dengan kelembutan dan kasih sayang ini mempunyai potensi dan kekuatan yang begitu besar.

Selama ini keberadaan wanita sangat dikesampingkan. Geraknya tidak pernah dijadikan perhatian. Tapi ketika semua orang mengetahui potensi besarnya, wanita merupakan pusat yang diperhatikan. Wanita merupakan agen garda utama perubahan. Wanita mempunyai peran penting dalam perubahan dan kemajuan suatu bangsa. Hal ini bertolak belakang dengan berbagai hal yang pernah diperbincangkan kebanyakan orang.

Di zaman Jahiliyah Arab, mempunyai anak seorang wanita merupakan aib terbesar. Untuk menutupinya, sebagian besar seorang bapak akan membunuh hidup-hidup anak wanitanya. Tidak terkecuali di kalangan kerajaan. Wanita dipandang sebagai sosok yang nantinya tidak bisa meneruskan tumpu kekuasaan kerajaan. Makanya banyak sekali wanita diragukan. Jika dilihat dari segi negatif lain, wanita merupan pemeran utama dalam kerusakan suatu bangsa.

Hal ini dilihat dari berbagai cerita menggambarkan kekalahan Caesar karena dia tergoda dengan cleopatra. Dan masih banyak lagi cerita dan sample yang lain. Tapi tidak jika kita melihat dari segi realitas. Sebagaimana di atas, wanita merupakan agen yang sangat berperan dalam kemajuan bangsa. Mengapa hal ini bisa terjadi? Sejenak renungkan, mengapa wanita bisa menjadi ujung tombak dari perubahan.

Wanita secara langsung atau tidak langsung nantinya adalah seorang ibu. Kehadiran seorang ibu merupakan sebuah syarat mutlak bagi seorang anak. Peran sebagai ibu inilah yang memposisikan diri wanita sebagai juru perubah. Ibu merupakan media untuk belajar pertama kali bagi sang anak. Seorang bayi pertama kali belajar dengan ibu. Ibu inilah orang pertama kali yang memberikan ilmu begitu berharga bagi anak.

Pelajaran pertama yang diberikan adalah tentang ilmu mana yang baik dan buruk. Sebagai madrasah dan sekolah pertama untuk anaknya. Ibu akan mengajarkan mana hal-hal yang baik dan buruk. Selanjutnya ibu akan mengajarkan berbagai nilai nilai sangat berharga. Dari nilai sosial, cultural, agama, dan nilai ilmu pengetahuan lain. Dengan berperan sebagai madrasah pertama kali inilah, ibu tampil menjadi sosok yang sangat berpengaruh dalam pembentukan generasi masa depan.

Inilah kekuatan utama yang dimiliki seorang ibu. Selama ini kita hanya ribut memperdebatkan tentang hak-hak asasi. Hak tentang keterbukaan peran wanita dalam peranan publik. Kita jarang sekali memperbincangkan bagaimana seorang wanita menjadi ibu yang bisa melahirkan sebuah generasi tangguh di masa depan. Disini, karakter anak tergantung dari karakter yang telah diajarkan oleh ibu kepada anaknya.

Bahkan jarang sekali seorang ibu yang mengajarkan kepada anaknya untuk melakukan hal-hal buruk yang bertentangan dengan nilai-nilai maupun norma-norma yang berlaku. Seorang ibu akan berjuang sekuat tenaga untuk mencetak generasi masa depan yang baik dan berakhlakul karimah. Buah hasil dari perjuangan inilah yang nantinya akan menjadikan titik tumpu kebahagiaan orang tua. Mereka sangat senang jika anaknya menjadi orang sukses, berguna bagi orang lain, masyarakat, nusa dan bangsa, serta Negara.

*Penulis: Pengamat pada Lembaga Kajian Kutub Yogyakarta. Tinggal di Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar