Selasa, 30 November 2010

Cahaya Inspiratif Dari Bilik Penjara


By Admin


Judul : Katak Menembus Tempurung; 19 Kisah Inspiratif dari Balik Penjara

Penulis : Warga Binaan Lapas Wirogunan Yogyakarta

Penerbit : Galang Press, Yogyakarta

Cetakan : I, 2010

Tebal : 187 halaman

Peresensi : Mahmudi el-Choum *)

Mengerikan dan hal yang menakutkan, mungkin kata yang terlontar dari lisan kita ketika mendengar istilah penjara. Penjara merupakan ruang tertutup pagar tembok yang kokoh dan kuat, berpintu jeruji besi baja yang anti karat, tempatnya orang-orang yang kejam, sadis, nakal, jahat, dan komunitas kaum preman. Anggapan seperti itu memang benar. Namun, yang terpenting untuk tidak dilupakan ialah adanya gemerlap cahaya dibalik jeruji penjara itu.

Kebebasan ruang gerak memang terbatasi dengan adanya tembok dan jeruji besi yang sulit diruntuhkan. Namun kebebasan jiwa dan pikiran tak dapat dibatasi dengan kekuatan apapun. Jiwa dan pikiran itu justru malah semakin tergali dan muncul dipermukaan ketika seseorang tengah dibenturkan dengan berbagai problem kehidupan. Begitu pula yang dialami oleh Warga Binaan Lapas Wirogunan Yogyakarta.

Meskipun mereka terkurung dibalik tembok dan jeruji yang kokoh, tetapi mereka malah semakin terbuka wawasan dan daya kreatifitasnya. Pasalnya, mereka harus meneguhkan diri sendiri dan membuka cakrawala dunia baru untuk mengusir kebosanan hidup dibalik jeruji penjara itu.

Mungkin kita akan merasa sedih, kecewa, terpuruk, putus asa, atau merasakan hal-hal yang tidak kita inginkan dalam hidup ini. Tetapi kita harus sadar bahwasanya masih banyak teman atau orang-orang yang lebih susah dari pada kita. Mereka hidup dalam keterbatasan, dalam kurungan tembok dan teralis, tetapi mereka kuat bahkan bersemangat menikmati sisi-sisi keterbatasan itu. Baginya, tembok derita tidak selamanya akan membawa penderitaan. Namun justru sebaliknya.

Buku ini merupakan kumpulan kisah-kisah inspiratif yang sangat menggetarkan pola pikir bathin kita. Buku ini ditulis oleh para Warga Binaan Lapas Wirogunan Yogyakarta. Kisah-kisah inspiratif ini merupakan kumpulan kisah nyata yang dialami mereka Warga Binaan Lapas Wirogunan Yogyakarta, selama mendekam dibalik jeruji besi penjara. Kisah yang menggetarkan hati kita ini merupakan pembangkit jiwa sekaligus motivator dalam hidup kita.

Di sisi lain, buku ini juga memberikan kesadaran akan keterpurukan hidup seseorang yang mampu bangkit, memperbaiki diri, dan akhirnya mereka mampu berbuat sesuatu untuk dirinya maupun orang lain. Selain itu, ada juga kisah-kisah yang menggelikan di balik penjara, layaknya sebuah pesona kehidupan yang khas dengan percintaan, kesibukan akan rutinitas, optimism akan kreativitas yang terasah, bahkan khayalan-khayalan hidup manusia. Kayaknya, fenomena ini telah menampik anggapan bahwa segala yang ada dipenjara tak selalu menyayat hati dan menyedihkan. Pesona-pesonanya mampu membuat siapapun yang menghuninya mampu menikmati dan bersyukur diberi kesempatan merasakan kuliah kehidupan dikampus Lapas.

Selain sebagai kisah inspiratif, buku ini juga bermanfaat untuk menampik prasangka buruk oleh kebanyakan orang. Bahkan menurut pengalaman penghuni lapas sendiri mengatakan bahwasanya hidup dalam Lapas mampu membuka pikiran yang dulunya kalut menjadi terbuka. Tak ketinggalan perbuatannyapun turut berubah menjadi baik. Mereka hidup dalam kedisiplinanm mampu mengontrol emosi, menghargai orang lain, dan memiliki keterampilan yang memadahi. Sehingga mereka tidak nganggur lagi. Karena ia telah memperoleh binaan secara baik dan bermanfaat.

Ketika berada dalam kungkungan penjara, mereka semakin mampu memahami arti hidup. Kebebasan merupakan hal yang berharga dan sangat mahal harganya. Untuk itu, mereka sadar bahwasanya hidup bebas tidak semestinya disia-siakan, tetapi harus diisi dengan hal-hal yang bermanfaat. Baik untuk diri sendiri maupun terhadap orang lain. Semua mata kuliah dalam kampus kehidupan Lapas ini memanglah sangat lengkap. Semuanya telah tersedia secara komplit. Pengetahuan disertai pelatihan itu mereka dapatkan secara gratis di dalam Lapas.

Mereka semakin giat mengikuti pelatihan dan bimbingan konseling yang diseelenggarakan di Lapas. Pelatihan yang digelar dari BIMKER, Kamtib, serta menjadi tamping, semakin membukakan wawasan sekaligus pengalaman. Meskipun ruang gerak terbatas, namun ruang kreativitas dan keterampilan diberikan sebebas-bebasnya kepada penghuni Lapas. Untuk mengawali hidup di dalam Lapas ini terkesan sulit. Namun, ketika mereka telah rutin mengikuti berbagai kegiatan pelatihan, mereka menjadi semakin giat bekerja dan terkuburlah kesedihan dan kesusahan yang selama ini telah menimpanya.

Orang berbuat salah tak selamanya berbuat salah. Kesalahan bias menjadi terapi ampuh untuk menjadikan seseorang insyaf. Tidak ada manusia yang bisa luput dari kesalahan. Yang membedakannya mungkin berat ringannya kesalahan itu sendiri. Tentunya, selalu akan ada jalan menuju kebaikan maka ada jalan pula untuk mendapatkan kesempatan berbuat baik terhadap sesama. Demikian juga tak terkecuali dengan Nara Pidana.

Menilik dari prinsip adanya Lembaga Pemasyarakatan (Lapas), yakni Negara tidak berhak membuat para penghuni Lapas menjadi lebih buruk atau jahat daripada sebelum dijatuhi hukuman pidana penjara. Kalau kita cermati, sebenaranya tugas lembaga pemasyarakatan ini tidak kalah berat dengan Lembaga Kepolisian, Kejaksaan, dan Pengadilan. Kalau petugas Lapas bisa bekerja sesuai tuntutan Undang-Undang, sebenarnya gaji mereka masih kurang.

Semua keburukan Napi haruslah kita lupakan dan kita cermati sebagai bahan perenugan untuk melangkah kedepan. Sebaliknya, semua kebaikan yang diterima oleh Napi haruslah kita banggakan dan kita junjung tinggi hak dan martabat mereka sebagai manusia pada umumnya.

Penulis adalah Pengamat dan Peneliti pada Pusat Study LKKY Yogyakarta.

CP: 087838424793

Tidak ada komentar:

Posting Komentar