Selasa, 30 November 2010

Membangun Citra Diri (Self Image)


By Admin


Judul : Biji Sesawi Memindahkan Gunung

Penulis : Drs. Antonius Purbiatmadi, M.A., dkk

Penerbit : Kanisius

Edisi : I, 2010

Tebal : 272 halaman

Peresensi : Ali Mahmudi *)

Orang yang bening hati, akal pikirannya pun jauh lebih jernih. Bagai mutiara berkilau memancar di antara bebatuan. Baginya tidak ada waktu untuk berfikir negatif. Apalagi berfikir untuk menzalimi orang lain. Waktu baginya sangat berharga. Mana mungkin sesuatu yang berharga digunakan untuk hal-hal yang tidak berarti?. Karena itu, dalam menjalani setiap detik yang dilaluinya, ia pusatkan segala kemampuannya untuk menyelesaikan setiap tugas hidupnya. Tak berlebihan jika orang berbening hati seperti ini akan lebih mudah memahami setiap permasalahan, menyerap aneka ilmu pengetahuan, dan lebih cerdas dalam melakukan beragam kreativitas pemikiran.

Akhir-akhir ini, banyak kita jumpai berbagai berita dan informasi yang mengilustrasikan tentang kenakalan kaum remaja. Seperti halnya keterlibatan kaum remaja dalam sarang narkoba, perkelahian, kriminalitas, dan sebagainya. Sedih memang, melihat realitas sekarang banyak kaum muda yang terjerumus dalam kegiatan-kegiatan negatif. Padahal, seringkali kita diingatkan bahwa pemuda/remaja adalah tulang punggung keluarga, agama, masyarakat, bangsa, dan negara. Maka bisa dibayangkan, apabila sebagai tulang punggung saja perilakunya negatif, tentu akan robohlah keluarga, agama, masyarakat, bangsa, dan negaranya.

Dalam kehidupan, pasti ada godaan dan tantangan. Sejak kelahirannya, manusia selalu menghadapi tantangan dan godaan hidup. Dengan adanya godaan dan tantangan hidup itu, justru akan menjadikan hidup kita menjadi lebih dinamis. Serta melatih kita untuk menghadapi dan menyelesaikan berbagai godaan dan tantangan itu. Apabila kita berhasil menghadapi godaan dan tantangan tersebut, maka kita akan menjadi orang yang menang. Tetapi kemenangan itu tidak semudah kita membalikkan telapak tangan.

Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap kepribadian kaum muda. Maka tidak dapat dipungkiri, bahwa ligkungan mempunyai peranan untuk menggoda kaum muda. Hal ini dapat dipastikan bahwa lingkungan pergaulan banyak memberi pengaruh terhadap perilaku seseorang, utamanya kaum muda. Apabila kita bergaul dengan orang yang positif, maka pada umumnya akan memberikan dampak yang positif juga. Begitu juga sebaliknya, apabila kita bergaul dengan lingkungan yang negatif, maka secara langsung ataupun tidak langsung akan memberikan dampak negatif pula pada perilaku kita.

Kondisi ekonomi sosial dalam keluarga maupun dalam lingkungan juga membawa pengaruh terhadap perilaku kaum muda. Bagi kaum muda yang berada dalam lingkungan kaum bangsawan keturunan darah biru, mereka dengan mudah bisa memiliki apa saja yang ia inginkan. Sebaliknya, bagi mereka yang hidup di perkampungan elit (kesulitan ekonomi), tentu kehidupannya berbeda dengan mereka yang berada di perumahan Villa yang nyaman.

Baik buruknya pribadi kita juga tergantung pada lingkungan dimana kita hidup. Baik itu dalam lingkungan keluarga, sekolah, tempat pergaulan, dan sebagainya. Tantangannya sekarang adalah bagaimana kita menghadapi godaan dan menyikapi tantangan hidup kita ini? Untuk itu, buku ini berjudul “Biji Sesawi Memindahkan Gunung,” yang ditulis oleh Drs. Antonius Purbiatmadi, M.A. dkk, hadir dihadapan pembaca. Secara spesifik, buku ini hadir sebagai pedoman bagi pembimbing retret.

Buku “Biji Sesawi Memindahkan Gunung” merupakan salah satu buku panduan retret yang paling lengkap. Retret secara sepintas bermakna mengundurkan diri untuk mengambil jarak dari kehidupan sehari-hari. Ini tidak musti bermaksud untuk melupakannya. Namun, sebaliknya untuk memperoleh cakrawala yang lebih dalam dan karena itu lebih luas dari berbagai kepingan pengalaman harian. Perluasan cakrawala itu memungkinkan tiap pelaku retret menemukan sudut pandang dan ancang-ancang paling tepat untuk menggebrak masa depan yang cerah gemilang.

Sebagaimana dalam islam, retret ini bisa diartikan sebagai ‘Uzlah’ (berkholwat) untuk ‘Muhasabah’ (introspeksi diri) demi untuk membuka wawasan baru menuju kesempurnaan bathiniyah. Sebagaimana isi kandungan dalam buku ini, materi yang disajikan terinspirasi dari kitab suci yang dipadukan dengan psikologi terapan, ilmu kesehatan jiwa atau mental dan moral, serta kehidupan aktual masa kini. Selain itu, metodologi yang dipakai juga sangat sederhana. Sehingga mudah untuk diaplikasikan, sekalipun oleh kalangan orang awam.

Dengan sajian yang begitu sederhana, buku ini sangat membantu para pembimbing retret untuk melakukan proses interaksi yang sesuai dengan jiwa kaum muda. Dengan gaya sajian seperti ini, penulis bermaksud agar peserta retret dapat menikmati retret dengan enjoy tanpa mengesampingkan goal utama retret itu sendiri. Yakni, memahami dan membangun citra diri (self image), menemukan nilai-nilai kehidupan, membangun rekonsiliasi dan menata masa depan dalam komitmen diri yang teguh.

Penulis adalah pecinta buku dan pengamat pada Central Studies of Culture and Religion (CSCR), tinggal di Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar